Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Kantor Kecamatan Muara Badak Pindah Ke Gedung Baru

Gambar
Cantik kan gedungnya... Muara Badak punya gedung kecamatan baru nih temans.. 3 lantai. Jaraknya tidak jauh dari gedung yang lama. Semoga dengan pindahnya ke gedung baru makin meningkatkan profesionalisme dan pelayanannya ke masyarakat ya. Segala urusan jadi lebih mudah dan dipermudah. Syukur-syukur segala urusan bisa diselesaikan di Muara Badak saja sehingga tidak perlu ke Tenggarong yang jaraknya dua jam perjalanan. Transparan dan bebas pungli. Kalau memang ada biaya sebaiknya dijabarkan saja secara resmi daripada bisik-bisik dibelakang. Gedung baru, didepannya ada lapangan sepak bola dan icon huruf Muara Badak Tapi selama aku berurusan di kecamatan Muara Badak waktu gedung lama juga sudah lumayan bagus kok. Segala urusan sudah dipisahkan per loket. Mau buat KTP dan perbaruan KK waktu melahirkan Syamil kemarin juga mudah. Tinggal dipertahankan dan ditingkatkan. Apalagi sekarang gedungnya sudah bagus. Semoga makin semangat ya kerjanya bapak-bapak dan ibu-ibu petugas ke

Pembangunan Pom Bensin Pertama di Muara Badak

Gambar
Warga Muara Badak boleh bersuka-cita. Pasalnya pembangunan pom bensin pertama di Muara Badak ini sudah dimulai. Sebenarnya ini bukan pertama-pertama amat sih. Lebih tepat jika disebut sebagai pom bensin pertama yang profesional, hehehe... malah membingungkan ya. Soalnya dari dulu sebenarnya sudah ada pom bensin. Tapi kecil gitu. Tempatnya juga berada di areal halaman rumah orang. Dan proses pengisian bensin pun dilakukan manual  pakai jerigen dan saringan seperti pengecer yang jualan dipinggir jalan. Makanya aku kaget dulu waktu Abi pertama ajak aku isi bensin di sana. Tapi harganya sama dengan di pom bensin besar. Ada juga tiang pertaminanya yang merah putih itu. Rencana pembangunan pom bensin besar ini sudah lama.  Areanya sudah disiapkan dari dulu. Berupa tanah lapang yang disekelilingnya dipagari tembok. Aku pikir dulu apaan ternyata rencana pembangunan pom bensin. Alhamdulillah sekarang sudah mulai dibangun. Aku foto ini lusa lalu. Aku foto pakai tablet. Agak takut juga sih

Kisah Seorang Istri Yang Suka Kabur Part. 2

Gambar
Semilir angin mengolengkan badanku. Aq terperanjat karena hampir terpejam. Hoaahhh mata ini sudah sepat, rasanya seperti ada yang menaruh nasi kering dikelopak mataku. Sebenarnya aku berharap anakku segera mengantuk agar aku juga bisa tidur. Tapi kulihat dia masih asyik dengan mainannya, tak tega kuusik keasyikannya. Lagipula percuma jikalau dia belum mengantuk walaupun kupaksa masuk kerumah tetap saja dia tak akan tidur, malah menangis kencang. Tahu benar aku dengan sifat anakku itu. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil merengek. Kucari sumber suara ternyata Della, cucu pertama tetanggaku yang rumahnya berseberangan jalan dengan rumahku.  “kenapa Della.. nggak bobok kah?” tegurku.. “baru saja bangun tidur ini..tidak nyenyak dia tidur”, jawab Bu Usman, tetanggaku itu dengan logat mandarnya. Lumayan nih ada teman ngobrol untuk menghilangkan kantuk. Maka ku ajak anakku menyeberang ke rumah bu Usman.“dari kemarin saya lihat Della bu, mana ibunya”, iseng ku tanyakan Dewi, ibu

Kisah Seorang Istri Yang Suka Kabur Part. 1

Gambar
Sebenarnya aku paling gak bisa bikin cerpen temans. Tapi pas mata kuliah literary di suruh dosen yaitu Ibu Srikandini untuk menulis cerpen. Cerpen ini sekaligus sebagai bahan final test. Waduuuhh... Entahlah kalau nulis ngalor ngidul aku suka. Tapi kalau menulis sesuatu yang terstruktur sistematis pasti langsung keok. Apalagi jika fiksi, give up deh. Soalnya aku juga paling gak bisa menulis dengan mengkhayal seperti cerpen ataupun novel. Makanya cerpenku dari SD mangkrak karena gak ada ide buat mengembangkan, huehue.. So, supaya tugas ini sukses akhirnya aku menulis cerita nyata saja temans. Kisah tentang tetanggaku yang kubuat kayak cerpen, hehehe.. Walau yang ini berangkat dari kisah nyata dan mungkin terkesan seperti buku harian, gapapa deh.. yang penting selesai buat ujian akhir, xixixixi... Oia, setelah ku hitung dengan word count ternyata cerpen ini berisi 1600 kata lebih maka ku bagi dua saja biar yanbg baca matanya gak berkantung, xixixii.. Semoga ada yang bisa diamb

Bagaimana Kita Tahu Bahwa Islam Kita Sudah Benar?

Gambar
Tulisan ini terinspirasi sewaktu aku masih menimba ilmu di Ponpes Daarut Tauhid Bandung selepas aku lulus kuliah diploma di Banjarmasin. Temans yang pernah kuliah pasti sudah tahu kalau di kampus adalah tempatnya kita bisa berubah tidak hanya dari segi ilmu akademik tapi sikap dan pemikiran. Hal ini terutama dipengaruhi oleh kegiatan ekstrakurikuler di kampus. Kita sebagai mahasiswa unyu-unyu ibarat ikan oleh kakak-kakak yang punya program untuk menebar jalanya. Seru-seru  ya kegiatan di kampus. Tapi ada juga yang gak seru, yaitu kalau kulihat sekretariatnya kumuh, xixixix... Selain pencinta alam dan Menwa salah dua yang paling hits dikampus adalah kelompok kajian keislamannya. Biasanya memang merupakan sayap dari suatu kelompok keislaman. Sebenarnya tidak ada masalah asal semuanya biasa-biasa saja saling rukun dan harmonis. Yang jadi masalah antar kelompok kajian ini saling perang dibelakang. Dari mulai rebutan tempat kajian, sekretariat, bahkan rebutan adik binaan baru. Kalau

My English Teacher Is My Enemy Part. 2

Gambar
Kelas 2 SMP Kelas dua SMP aku tidak terlalu berharap ya soalnya sudah tahu dari tetanggaku sekaligus kakak kelasku kalau guru english di kelas 2 ini killer dan halloween, hahahah...Dan memang benar. Ini bukan sugesti tapi sungguh terjadi. Jadilah hari rabu dan sabtu adalah the bad days of my life. Beliau ini ibu guru, suaranya besar,mata belok terlihat dari kacamatanya yang tebal, penampilannya standar fashion ibu guru jaman dulu. Rok sepan plus blouse. Rambut set dan wajah penuh kerutan. Sudah berumur tapi malang belum punya anak.  Kalau beliau masuk kelas semua tegaaaaang. Yang paling ingat kalau beliau menuliskan sesuatu dipapan tulis dan kami disuruh mencatat sambil beliau mendelik memperingatkan dari balik kacamatanya "Saya selesai, kamu selesai". Artinya kalau beliau selesai menulis dipapan tulis kita juga harus selesai menulis dibuku. Pernah juga ibu ini tiba-tiba bilang kalau beliau tidak perlu buku atau kertas yang bagus untuk menulis. Katanya saya bisa menu