Laki-laki Berkualitas Tinggi


My Rockstar Dad

Suatu hari seorang teman curhat. Dia ini sama dan seumur denganku. Single, 36 yo, dengan 2 anak. Katanya dia merasa malu kalo bawa laki-laki level tinggi ke rumahnya/rumah ortunya karena merasa rumahnya tidak memenuhi standar kelayakan rumah yg dikatakan "bagus". Mana belum full selesai dan berantakan. Yah, khasnya rumah dengan anak-anak didalamnya dan tanpa ART pulak.

Kurang lebih kubilang ke dia bahwa, "Jika ada laki-laki yang kabur/ilfil gara-gara rumah sang wanita/keluarganya gubuk derita pastilah dia bukan laki-laki high quality yang elo maksud..". Dia laki-laki matre dan jelas adab/akhlaknya jongkok. Justru hal ini bisa dijadikan filter alami utk "ngetes" kualitas dalam (pribadi & karakter) calon pasangan dengan jenis kelamin apapun.

Jika mereka kabur/ilfil hanya gara-gara persoalan rumah yang "kurang bagus" which is adalah alasan paling gak penting se-universe, maka high quality yang dia punya hanya sampai tataran cover. Keren/cool/terlihat soleh atau perlente tapi mental loser. Baju aja lah dia bermerek, tapi mentalnya terong geprek. Dan kalau para wanita mengikuti pola laki-laki ini, sedih kalo tidak dipilih laki-laki macam begini, berati mereka satu level yaitu sama-sama masih cover minded. Kalo mereka cocok? Ya gapapa juga, namanya juga cocok, lanjutkan, bahkan mungkin mereka bisa saling support dan berkembang kearah yang lebih baik. 

Tapi kalau dalam hati kamu merasa mengganjal, which is adalah peringatan pertama dari hati kecilmu, alias bisikan malaikat. Tinggalkan!!! ghosting, kabur, whatever lah you name it. Kalau gak sanggup meninggalkannya secara langsung  maka tinggalkan pelan-pelan. Banyakin nonton baca atau nonton prahara rumah tangga atau perceraian artis. Pelajarin itu! (saran macam apa ini, but trust me, it works!). 

Walaupun sejujurnya pasti susah sih kalau perempuan udah liat laki-laki keren, perlente dan mapan. Pengennya di kekep terus pamerin di story, beranda atau kondangan. Siapa sih yang gak mau bebas dari pertanyaan kutukan yang dilontarkan para dedengkot senior kondangan dengan senyum sopan ramahnya yang mempu menghempaskan setiap keping kepercayaan diri yang dengan berdarah-darah dibangun demi kuat menumpu setiap persendian agar dapat menyeret langkah kaki menuju pernikahan teman? Mantra singkat nan dahsyat, "kapan nikah?", mampu memporak-porandakan segalanya. Setelah menghembuskan pertanyaan kutukan itu kemudian mereka tertawa panjang dan berirama ala mak lampir.

Kejam amat sih loe Nit, kenapa gak jalanin aja dulu sapa tau dia berubah? Neeeyyy.. yey pikir semudah itu rubah orang Mantili? soal rubah merubah karakter ini panjang bahasannya. Nanti dibahas di kesempatan berikutnya. I have been there done that. Singkatnya, Ketidakterimaan calon pasangan dengan kondisi rumah jelek tadi adalah lampu merah untuk kita mundur. Gapapa mundur aja dulu, pokoknya munduršŸ˜¬ (gue serius nyet!) Jangan takut kehilangan barang berharga. Beberapa bulan atau tahun kemudian, kalau kalian memang jodoh pasti kalian akan bertemu lagi dan menikah dengan keadaan yang lebih baik.  Perubahan atau perbaikan diri itu kadang, bahkan seringnya, butuh kesendirian.

Rasulullah sudah mensabdakan, ilmu pengetahuan sudah membuktikan, dan kejadian sehari-hari pun banyak menggambarkan pada dasarnya tiap-tiap manusia akan saling tertarik/mendekat pada yang satu frekuensi dengannya dan yang namanya frekuensi bisa berubah tergantung  bagaimana seseorang memperbaiki inner self - nya. 

“Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan
Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu
Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.” 
(HR. Muslim 6376)

~ Nit, The Warrior Minceus ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soul's Home

Aku Adalah Teman Yang Tak Dianggap

Ciri-Ciri Kepribadian INFJ - Sering Dikira Dukun!