Meluruskan Kembali Arah Hidupku
Kemarin tanggal 13 Mei 2017 aku
menghadiri acara pengajian yang diadakan sekolahnya Sulthan. Dalam undangan
tertera susunan acara sebelum pengajian juga akan ada penampilan dari anak-anak
dan pelantikan IKADI Muara Badak. Tema pengajiannya adalah bekal untuk bulan Ramadan.
Terkesan biasa saja.
Pas pelantikan dan pengajian
awal-awal aku ada diluar menemani Syami bemain karena rupanya dia bosan di
dalam. Pada akhirnya Syamil masuk kedalam karena ada teman bermain. Rupanya
momennya memang pas. Sang ustadz menyampaikan sesuatu yang menyejukkan hati dan
pikiran dan memang penting untuk kondisi kita saat ini yaitu menyikapi
perbedaan dikalangan kita sendiri.
Poin pertama yang aku tangkap
adalah bahwa semua kelompok organisasi islam yang ada di Indonesia ini adalah
ahlu sunnah. Tak perlu berdebat soal siapa yang nyunnah. Selama kita mengimani
rukun iman dan rukun islam yang sama berarti kitalah ahlusunnah. Mengenai
perbedaan-perbedaan qunut, jumlah rakaat tarawih dll adalah perkara cabang yang
tidak penting diperdebatkan. Karena tidak ada yang salah, yang salah adalah
yang tidak solat subuh dan yang tidak tarawih (tanpa alasan). Perbedaan macam
ini biasa di zaman Rasulullah.
Sang ustadz menceritakan kisah sahabat
Rasulullah Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khathtab. Kala itu Abu Bakar berkata bahwa
beliau solat witir setelah tarawih karena takut umur beliau tidak sampai hingga
beliau bangun. Rasulullah memuji Abu Bakar sebagai orang yang berhati-hati.
Sedangkan Umar bin Khathtab berkata akan melaksanakan witir setelah selesai
tahajud karena beliau yakin masih hidup
hingga waktu solat berikutnya dan Rasulullah memujinya sebagai orang yang kuat
hati. MashaAllah… ada banyak cara untuk berbagai ragam karakter manusia.
Semuanya tidak ada yang salah selama masih dijalanNya.
Poin kedua yang kucatat kuat-kuat
adalah tentang usia dan manfaat. Sang Ustadz menjelaskan bahwa usia rata-rata
umat Nabi Muhammad adalah antara 60-70 tahun. Rasulullah sendiri meninggal
diusia 63 tahun. Beliau sendiri saat ini berusia 53 tahun. Ada waktu 10 tahun
lagi untuk mencapai usia batas Nabi (kira-kira kalau sampai umurnya). Di waktu
sesingkat 10 tahun itu apalagi yang terbaik untuk mengisinya selain dengan
kebaikan di jalan Allah. Beliau mencontohkan para pejabat yang kuat-kuatan
korupsi. Banyak diantara mereka juga berumur. Seolah-olah lupa akan batas usia
mereka dan tidak takut sewaktu-waktu mati dengan bergelimangan harta kotor.
struggling and thankful |
Tak mudah memang membatasi diri
dengan harta dunia. Kita semua ingin dan bahkan harus berkecukupan.Tujuannya
supaya lebih mudah dalam menuntut ilmu, beribadah, membesarkan anak-anak,
membantu keluarga yang membutuhkan pada khususnya dan orang lain pada umumnya.
Tapi terus terang sulit untuk memberi batasan “cukup” untuk diri sendiri karena
hawa nafsu kita yang membuat kita banyak keinginan, keinginan itu seperti
penyakit menular. Dia bisa menjalar kemana-mana, menjadi gak jelas dan gak
fokus. Jika tidak segera diobati dan sampai virusnya menyebar ke semua organ
vital maka akan menghancurkan diri kita sendiri karena merusak kejernihan jiwa dan mengacaukan mental kita.
Sebaliknya untuk beribadah dan
sedekah atau bantu-bantu orang. Umumnya kita
mudah merasa puas dan cukup, hehehe (tutup muka). Di usiaku yang menuju 33
tahun ini aku bersyukur mendapat nasehat berharga ini. Pengingat untuk aku yang
sering merasa sempit rezeki. Bisa jadi aku kurang berbuat kebaikan/membantu
orang atau memang mindset aku yang harus dirubah. Salah satu cara paling manjur untuk lebih banyak bersyukur
dan melembutkan hati adalah dengan melihat keadaan orang lain yang lebih susah
daripada kita. Tapi bagaimana diriku mau melihat orang yang kurang beruntung
lha hobinya saja mengeram didalam rumah. Sehingga pikiran hanya fokus pada
penderitaan pribadi,😅😅😅
Jadi kupikir ini relate dengan
cita-cita besarku yang mulai aku tanam dan pupuk di tahun ini. Bahwa salah satu
tugas hidupku adalah keluar dari sangkar emas nan kumuh ini, xixixi. Melakukan perjalanan
menjelajah berbagai bangsa untuk mengenal, melihat, merasa dan menghargai.
Menghargai orang lain adalah wujud dari menghargai diri sendiri dan Tuhan. Bersyukur
adalah wujud kerendahan hati dan menjauhkan kita dari kesombongan.
Jadi tahun ini, khususnya bulan Ramadan
tahun ini adalah fokusku untu berdoa, minta jalan, khususnya jalan rezeki untuk
mewujudkan cita-cita besarku. Aku berharap dalam 2 atau 3 tahun ke depan
terwujud. Tapi aku yakin sebelum hal itu terwujud pun prosesnya pasti akan
sangat bermakna dan penuh pembelajaran.
Selamat mempersiapkan petualangan diriku.. dan juga dirimu 😇💪
Komentar
Posting Komentar