Review Film Haji Backpacker
Film ciamik selanjutnya yang baru aku tonton setelah 2 tahun
dari rilisnya yaitu Haji Backpacker. Ketik aja di google gak kehitung deh yang
nulis reviewnya. Sebenarnya dari awal lihat berita akan ada perilisan film ini
tahun 2014 aku tertarik banget. Judulnya unik banget. Tapi apalah daya aku yang
tinggal dipelosok tak kuasa menjangkau bioskop di Samarinda yang 1,5 jam
perjalanan. Apalagi baru punya bayi dan
gak punya mobil makin lengkaplah alasanku untuk melupakan film itu.
Tahun 2017 inilah aku semangat lagi berburu film-film yang cuma
bisa aku inginkan pada zaman dahulu. Jangan tanya gimana aku bisa nonton film
ini, yang jelas bukan dari bioskop atau DVD. Sorry to say aku nonton lewat cara
illegal.. hikzzz.. maaaffff bukan aku jahat tapi harus cara apalagi yang harus
kutempuh untuk bisa nonton? *nangis guling-guling manja* tuh kaann.. memang yah.. keinginan
kuat itu bisa bikin orang yang imannya lemah macam aku menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan. Makanyaaaa.. dipermudah dong orang mau nonton film bagus
jangan dibioskop sajah. Secara sebenarnya orang yang lebih membutuhkan motivasi
lebih kuat untuk hidup adalah orang-orang dipedalaman macam aku ini bang 😂.
Film ini ceritanya tentang seorang pemuda bernama Mada (Abimana
Aryasatya) yang backpackeran keliling Negara untuk menyembuhkan luka hatinya.
Dari seorang pemuda soleh rajin solat dan puasa menjadi pemuda ugal-ugalan
tukang mabok dan berandal. Mada marah kepada Allah karena merasa sudah rajin
solat dan puasa tapi doanya tidak dikabulkan.
Mada menjadi seperti itu karena setahun sebelumnya di Indonesia dia gagal menikah. Jadi calon pengantinnya yang bernama Sofia (Dewi Sandra) meninggalkannya pada saat akan aqad nikah. Mada, orangtua, para tamu dan penghulu sudah lama menunggu tapi sang calon pengantin wanita tak muncul-muncul. Pas disusul ke rumahnya ternyata Sofia kabur lewat jendela yang tinggi dengan bantuan seprei yang diikat sambung menyambung. Eh, seprei apa gorden gitu deh, hihihi
Mada menjadi seperti itu karena setahun sebelumnya di Indonesia dia gagal menikah. Jadi calon pengantinnya yang bernama Sofia (Dewi Sandra) meninggalkannya pada saat akan aqad nikah. Mada, orangtua, para tamu dan penghulu sudah lama menunggu tapi sang calon pengantin wanita tak muncul-muncul. Pas disusul ke rumahnya ternyata Sofia kabur lewat jendela yang tinggi dengan bantuan seprei yang diikat sambung menyambung. Eh, seprei apa gorden gitu deh, hihihi
Di Thailand mada terkena masalah karena membunuh seorang
kepala gang. Perutnya luka parah dan ditolong oleh Marbel alias Maryati (Laudya
Cynthia Bella) teman dekat Mada selama di Thailand yang seorang tukang pijat
plus-plus. Mada dikejar-kejar gang dan kemudian kabur ke Vietnam. Dalam keadaan
meriang sakit karena luka perutnya yang infeksi mada masuk ke dalam kardus
bekas untuk tidur dan bangun-bangun sudah ada di China, tepatnya di
provinsi Yunan. Ditolong seorang tabib muslim yang tinggal bersama anaknya yang
cantik (Laura Basuki).
Dari China lanjut ke Nepal, India dan terakhir berakhir di Mekkah untuk umroh dan berhaji. Menemui bapaknya yang meninggal sewaktu berhaji. Waktu bapaknya meninggal Mada ada di Thailand dan tidak mau ikut sholat gaib untuk mensholatkan ayahnya walaupun dibujuk kakaknya.
Dari China lanjut ke Nepal, India dan terakhir berakhir di Mekkah untuk umroh dan berhaji. Menemui bapaknya yang meninggal sewaktu berhaji. Waktu bapaknya meninggal Mada ada di Thailand dan tidak mau ikut sholat gaib untuk mensholatkan ayahnya walaupun dibujuk kakaknya.
Mada menemukan kembali hidayah di India. Lewat perantara
seorang guru spiritual disana. Disana juga dia mengikhlaskan dan memaafkan
Sofia. Lewat mimpi Sofia datang dan meminta maaf bahwa semua yang ada adalah
kesalahannya (sofia) sendiri bukan orang lain apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Sofia
berkata bahwa dia memang menyayangi Mada tapi hanya sebatas teman yang tumbuh
bersama sejak kecil.
Jadi film ini bukan tentang cara menjalankan ibadah haji ala
backpacker atau cara paling irit berangkat haji ya, 😂 tapi ini film sarat akan makna perenungan hidup yang
berujung di Mekkah. Bagaimana kita di dunia ini suka merasa gede rasa sudah
merasa banyak ibadah tapi sedikit diuji sudah langsung down. Merasa Allah tidak
peduli lagi dan tidak mau beribadah lagi. Merasa lebih tahu yang terbaik. Yang enak yang terbaik yang gak enak nyalahin Tuhan. Lupa akan nikmat tak terhitung yang
sudah kita dapatkan cuma-cuma dariNya. Suka sama kata-kata Laura Basuki untuk Mada. Katanya, aturan Allah sudah sempurna mada, tidak ada yang kebetulan. kekecewaanmu itu
seperti cerminan sikap bahwa kau menolak
diatur oleh Nya.
Pejalanan-perjalanan mada melewati jalan-jalan ala
backpacker sangat seru dilihat bagi yang suka jalan-jalan. Aku suka banget
melihat perjalanan Mada ini. Bukan perjalanan fancy dengan tour and travel tapi
lewat jalan-jalan rakyat, gunung-gunung, padang tandus, orang-orang desa. Rumah
tabib yang menolong Mada sangat indah kulihat. Terlihat tentram dan
menyejukkan. Seperti rumah-rumah China zaman dahulu yang sering kulihat difilm-film
silat. Jadi ingat dengan novel Edensor karya Andrea Hirata yang menggambarkan
petualangan mereka keliling eropa demi mencari A Ling, cinta pertamanya Ikal.
Yang paling suka adalah setting di provinsi Yunan. Indah banget ya berdiri dan
beraktifitas dengan latar belakang pegunungan yang indah.
Bener deh habis nonton ini makin pengeeennn ke Great Wall di
China dan umroh tentunya.. amiinn ya Allah..
Komentar
Posting Komentar